Rabu, 07 September 2011

ANALISIS KRITIS DARI LIMA POKOK UTAMA CALVINISME DAN ARMENIANISME


Oleh : TRI ASTUTI

PENDAHULUAN

Membahas tentang Calvinisme maka itu berarti membahas tentang iman Reformed.Istilah Reformed sendiri pada dasarnya bersinonim dengan Calvinisme dan secara historis membedakan gereja – gereja Calvinistik dari tradisi – tradisi anabaptis dan Lutheran.[1] Teologi Calvinisme atau iman Reformed berakar pada tulisan – tulisan John Calvin. Khususnya yang diekspresikan dalam Institutes of the Christian religion. Teologia Calvin berpusat pada kedaulatan Allah.[2]

Calvinisme tidak dingin dan intelektual sebagaimana dikira banyak orang. Calvinisme adalah tentang mengenal Allah Alkitab dan hidup Coram Deo (di hadapan wajah Allah). Calvinisme sesungguhnya merupakan sinonim untuk Biblikalisme sistematis. Hanya Calvinisme yang memimpin kepada Kekristenan Alkitabiah yang sejati. Allah yang berdaulat adalah sentral dalam teologia Calvin.[3]

Calvinisme merupakan Kekristenan konsisten dan Arminianisme adalah Kekristenan inkonsisten,

Apakah tidak ada cacat dalam kubu Calvinisme ? jawabnya, memang ada, namun sejarah menunjukkan bahwa cacat tersebut sering dimulai dengan masuknya Arminianisme dan Pelagianisme yang merusak. Kiranya Tuhan melindungi kita dari kejatuhan semacam itu.

Banyak di antara orang-orang Kristen, pernah bertemu dengan orang-orang yang mampu membela Calvinisme dengan begitu logis dan fasih namun secara jelas menunjukkan kesombongan dalam nada bicara mereka selagi membabat lawan-lawan mereka. Jika memang ada kesombongan di situ, orang-orang tersebut telah berkontradiksi, karena seorang Calvinis yang sombong adalah suatu kontradiksi.

Pikiran Calvinisme memiliki kesimpulan, keselamatan manusia ini terdiri dari 2 unsur yaitu kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia.

Seorang Calvinis sejati haruslah seorang yang paling rendah hati.

Kesimpulan tentang kesalahan dari Arminianisme dalam hal ini adalah:

Kesombongan / kebersandaran pada diri sendiri. Sedikit banyak mereka beranggapan bahwa diri mereka sendiri mempunyai jasa dalam keselamatan mereka, yaitu mereka mau percaya.[4]

Teologi Calvinistik

Teologia Calvinistik dikembangkan oleh John Calvin (1509-1564) , lahir di sebelah timur Paris, di Noyon, Picardy. Ia memulai study untuk menjadi imam di University of Paris namun dalam perjalanannya ia mengalami konflik dengan bishop sehingga ia pindah study tentang hukum. Pertobatannya terjadi setelah kontak dengan kaum Protestan kira – kira tahun 1533 atau 1534. Calvin melayani sebagai pendeta dan juga sebagai seorang pemimpin masyarakat. Calvin seorang penulis yang produktif.

Pengaruh John Calvin di rasakan di seluruh Eropa, pengajarannya tentang Heidelberg Cathecism mempengaruhi banyak gereja – gereja Reformed di Belanda, Jerman dan Amerika. Calvinisme juga menggantikan Lutheranisme sebagai kekuaatan yang berpengaruh. Menyebar hingga sampai ke Skotlandia dalam bentuk Presbyterianisme. Hingga puncaknya mempengaruhi Puritanisme di Inggris. Kaum Puritan menjadi kekuatan yang penting bagi Calvinisme di Inggris.

Karena adanya konflik antara pengikut Armenius dan Calvinis maka diadakan sidang di Dort Belanda pada tahun 1618 yang meneguhkan Pengakuan Heidelberg dan Belgic.

Lima pokok Utama dari Calvinisme adalah : (TULIP)

  1. Kerusakan Total (total depravity)

Sebagai akibat dari kejatuhan Adam seluruh umat manusia terpengaruh, semua manusia mati dalam pelanggaran dan dosa.

Karena jatuh dalam dosa manusia mengalami kerusakan total. Kata total memiliki arti bahwa keadaan mati yang dialami manusia itu lengkap, sepenuhnya mati secara rohani. Manusia rusak secara keseluruhan (total). Pengertiannya menjadi gelap sehingga tidak lagi mengenal Allah. Manusia tidak mampu untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Kata rusak ini berarti kejatuhan di dalam dosa maka, tidak ada yang mampu dilakukan oleh manusia untuk menghasilkan jasa yang membuat Allah berkenan menyelamatkan mereka. Kata total mempunyai arti kerusakan yang sudah meluas sampai pada semua aspek dari natur manusia, sampai pada keseluruhan keberadaannya.[5]

Orang berdosa diselamatkan di dalam Kristus oleh Allah, dan pada saat diselamatkan yang dirasakan dan dialaminya adalah orang berdosa ini kini menerima anugerah Allah, Jadi keselamatan adalah Anugerah.[6] Keselamatan bukan sesuatu yang dapat dikejar manusia dengan segala macam perbuatan, melainkan anugerah yang diberikan oleh Allah kepada manusia yang menyerahkan diri sepenuhnya kepadaNya.[7]

  1. Pemilihan tanpa syarat ( unconditional Election)

Allah telah menetapkan dan mengetahui segala sesuatu sebelumnya, hal ini mencakup predestenasi. Pemilihan dan predestinasi adalah tanpa syarat.

  1. Penebusan terbatas (Limited Atonement)

Agar diselamatkan manusia memerluan Juru selamat. Manusia tidak dapat mendapatkan keselamatan dengan mengorbankan binatang – binatang. Satu satu nya korban yang berkenan kepada Allah adalah korban yang memenuhi tiga tuntutan yaitu : benar – benar Allah, benar – benar manusia, benar – benar manusia yang benar (tanpa dosa).[8] Dan itu hanya Tuhan Yesus kristus , Allah yang menjadi manusia. Kristus harus mati untuk orang pilihan.

  1. Anugerah yang tidak dapat ditolak ( Irresistible Grace)

Mereka yang telah dipilih Allah dan Kristus telah mati bagi mereka, Allah menarik mereka pada diriNya melalui anugerah yang tidak dapat ditolak. Allah membuat manusia untuk datang ke pada Dia,. Pada waktu Allah memanggil, manusia menanggapi.

  1. Ketekunan orang – orang kudus (Perseverance of the Saints)

Orang – orang yang telah dipilih Allah dan ditarik kepadaNya melalui Roh Kudus akan dipelihara dalam iman. Tidak ada satupun dari orang yang sudah dipilih Allah akan terhilang, mereka pasti akan selamat secara kekal.[9] Doktrin ini untuk menunjukkan “jaminan kekal” yang menekankan kepastian dari keselamatan orang pilihan. Effesus 1 : 3-6 juga menekankan akan hal kebenaran ini. Allah Bapa merencanakan keselamatan ini bagi orang – orang tertentu dan menandai mereka dengan keselamatan. Allah Putra menjamin keselamatan mereka dengan menebus mereka melalui darahNya( Effesus 1: 7-12). Allah memeteraikan mereka, suatu tanda sebagai jaminan keselamatan yang kekal ( Ef 1; 13- 14) [10]

Teologi Armenian

Armenianisme merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan teologis dari Jacobus Armenius ( 1560- 1609). Lahir di Belanda dan melayani sebagai pendeta di jemaat di Amsterdam dan menjadi dosen di Universitas laiden Belanda.

Armenius membantah doktrin – doktrin Calvinisme tentang predestinasi dan reprobasi dan berusaha untuk memodifikasi Calvinisme sehingga “ Allah tidak dapat dianggap sebagai peraccang, juga manusia sebagai robot ditangan Allah”[11]

Dari hasil persidangan di Dort maka Kaum Armenian ini mengetengahkan pandangan :

1. Pemilihan yang bersyarat yang berdasarkan pada kemahatahuan Allah

Hal ini berhubungan dengan predestenasi dan Armenian menghubungkan predestinasi dengan kemahatauan Allah akan tindakan manusia. Allah mengetahui sebelumnya siapa yang akan percaya, dan Ia memilih mereka. Pemilihan dan predestinasi dikondisikan oleh iman.

2. Penebusan Kristus adalah universal

3. Manusia memiliki kehendak bebas manusia,

Armenian mengajarkan bahwa kejatuhan tidak menghancurkan kehendak bebas

4. Anugerah Allah dapat ditolak

5. Kemungkinan orang kudus kehilangan anugerah Allah

Analisis lima pokok utama Calvenisme dan armenianisme:

  1. Tentang TULIP Calvin, apakah semua disetujui kebenarannya?

Tentang TULIP sebelum saya mempertahankan inti dasar dari Calvinisme.

1. Total depravity (rusak total). Poin ini, sangat Alkitabiah, Alkitab banyak mencatat tentang kejatuhan manusia mulai dari kitab Kejadian 3; Mazmur; Ayub; ketiga kitab Salomo; dan kitab – kitab Nabi senantiasa mengulang – ulang akan hal dosa ini. Maka diperlukan penebusan Kristus. Hal ini juga mengajarkan bahwa orang-orang yang tidak bertobat adalah “mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosanya” (Efesus 2:1), bahwa orang-orang yang belum bertobat “mati dalam dosa” (Efesus 2:5), bahwa mereka memiliki “pengertian yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka” (Efesus 4:18). Ayat-ayat Alkitab tersebut, dan masih banyak yang lainnya, menunjukkan bahwa manusia secara total telah rusak (total depravity), mati di dalam dosa, dengan tidak ada apapun di dalam naturnya yang sudah rusak itu untuk dapat meresponi Allah. Ketika para murid bertanya kepada Yesus, “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah." (Markus 10:27). [12]Oleh sebab itu, saya setuju sepenuhnya dengan poin pertama dari lima pokok Calvinisme ini – yaitu kerusakan total (total depravity). Saya percaya ini adalah kondisi yang sesungguhnya dari manusia seperti yang dipresentasikan oleh Alkitab.

2. Unconditional election (pemilihan tak bersyarat). Doktrin dari Calvinisme ini tidak saya percaya. Saya percaya bahwa pemilihan didasarkan pada kemampuan Allah melihat masa depan (foreknowledge) terhadap orang yang akan bertobat. Benar atau salah, saya percaya bahwa orang-orang berdosa “dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita [the foreknowledge of God the Father – KJV]” (1 Petrus 1:2). Saya percaya bahwa Allah memilih sebelumnya (memilih untuk menyelamatkan) orang-orang yang telah Dia ketahui sebelumnya bahwa nantinya orang itu akan berhenti untuk menentang Injil, datang kepada Kristus, dan diselamatkan. Pandangan saya terhadap poin kedua ini mungkin bisa menyababkan orang-orang Calvinis keras untuk menyebut saya sebagai “Armenian.” Namun saya tidak setuju dengan pandangan Armenian tentang kerusakan total (depravity). Manusia itu bukan sakit. Tetapi ia mati. Saya tidak berpikir bahwa manusia memiliki pengharapan keselamatan di luar anugerah Allah yang sebenarnya manusia tidak layak untuk menerimanya. “Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya” (Titus 3:5). Jadi walaupun saya tidak mempertahan doktrin pemilihan tak bersyarat (unconditional election), namun saya juga tidak menerima pandangan Armenian, bahwa manusia dipilih berdasarkan kondisi ketaatan kepada Kristus. Itu akan menjadi kesalahan “synergisme.” Fakta bahwa Allah sendiri adalah agen aktif di dalam pertobatan dan manusia adalah pasif dan bisa atau menjadi bertobat oleh karena Allah sendiri dikenal sebagai monergisme. Teori yang mengatakan bahwa manusia berkontribusi [untuk keselamatan], walau sekecil apapun, itu disebut synergisme. Meresponi Injil berarti berhenti untuk menentang anugerah Allah, tetapi bukan berarti manambahkan ketaatan untuk anugerah itu. Manusia dapat menolak, namun tidak dapat meresponi Injil dalam kondisinya yang telah rusak. Bagaimana mungkin manusia dapat mentaati Kristus, atau melakukan sesuatu untuk menambahkan keselamatan, sementara ia “sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosanya” (Efesus 2:1)?

3. Limited atonement (penebusan terbatas). Bagi saya ini adalah poin paling lemah dari semua poin Calvinisme. Alkitab dengan jelas mengatakan, “Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia” (1 Yohanes 2:2). “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia [bukan hanya orang pilihan] ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Tentu saja pengikut Calvisnis memiliki jawaban untuk ayat-ayat ini dan ayat-ayat lain yang serupa, namun saya belum diyakinkan oleh mereka. John Goodwin (1593-1665), seorang pengkhotbah dan penulis Puritan Calvinistik, menulis sebuah buku yang menentang pengajaran penebusan terbatas (limited atonement) yang berjudul, Redemption Redeemed: A Puritan Defence of Unlimited Atonement (Wipf and Stock Publishers, 2004 reprint). Ini adalah bacaan berharga yang merupakan penolakannya terhadap pengajaran penebusan terbatas. Saya percaya bahwa Kristus, “oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia” (Ibrani 2:9).

3. Irresistible grace (anugerah yang tidak dapat ditolak). Luther memiliki kepercayaan yang kuat tentang perbudakan kehendak. Pada kenyataannya, bukunya yang paling penting berjudul, The Bondage of the Will. Ia mempertahankan bahwa tidak seorang pun dalam kondisinya yang tanpa pertobatan akan memiliki kemampuan untuk memutuskan, menerima, atau meresponi anugerah yang menyelamatkan. Namun Luther juga percaya bahwa manusia memiliki kemampuan untuk menolak nya. Ini poin utama perbedaan antara Luther dan Calvinisme. Saya pikir Luther benar, dan Calvinisme salah dalam poin ini. Tolong jangan berpikir bahwa saya mengakui segala sesuatu yang dikatakan oleh Luther! Tentu saja saya tidak demikian! Tetapi saya berpikir bahwa ia benar berhubungan dengan ini. Untuk pertanyaan tentang mengapa beberapa orang menerima anugerah sementara yang lain tidak, Luther dengan sederhana berkata bahwa itu adalah misteri, tidak dinyatakan oleh Alkitab. Luther harus berkata bahwa beberapa orang menolak Injil sementara yang lain menerimanya, dan membiarkan itu berlalu tanpa penjelasan mengapa beberapa menerima dan yang lain tidak. Saya cenderung setuju dengannya bahwa Alkitab tidak menjelaskan mengapa bisa terjadi demikian. Oleh sebab itu saya tidak percaya dengan pengajaran anugerah yang tidak dapat ditolak (irresistible grace). Anugerah dapat ditolak, namun itu tidak dapat “diterima” dengan kehendak dari manusia yang belum dilahirbarukan, karena keselamatan semata-mata hanya oleh karena anugerah Allah. “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” (Markus 10:26). “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.” (Markus 10:27). Manusia dapat menolak keselamatan, namun hanya Allah yang dapat memberikannya. Luther berkata, “Orang-orang yang tidak percaya menolak kehendak Allah.” Alkitab berkata, “kamu selalu menentang Roh Kudus” (Kisah Rasul 7:51). Oleh sebab itu, anugerah bukan tidak dapat ditolak.

5. Perseverance of the saints (pemeliharaan orang-orang kudus). Ini adalah poin terakhir dari lima pokok Calvinisme. Saya percaya di dalamnya dengan segenap hati saya, karena itu dengan jelas dikatakan di dalam Alkitab, “Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:36). Yesus berkata, “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” (Yohanes 10:27-28). Sekali manusia memiliki hidup yang kekal, itu tidak dapat direbut darinya, atau kehilangan keselamatannya. Sekali manusia benar-benar bertobat, ia tidak dapat menjadi “tidak bertobat.” Oleh sebab itu, saya sepenuhnya percaya di dalam doktrin Calvinistik tentang “jaminan kekal” dari orang-orang yang benar-benar telah bertobat.

  1. Semua orang Baptis sampai jaman Spurgeon adalah Calvinis. Ketika para gembala yang rajin belajar membaca sejarah Baptis, dan buku-buku tua tentang teologi Baptis, mereka menyadari bahwa, “Mereka semua adalah Calvinis!”

3. Banyak pengkhotbah kita sedang mencari standard doctrinal, mulai menolak “decisionisme” dari Finney, dan menemukan yang lebih dekat dengan semua pemimpin Baptis di masa lalu yang adalah Calvinis.

4. Lagu “Sangat Besar Anugerah-Nya’ oleh John Newton masih sangat popular di semua buku nyanyian yang beredar di gereja-gereja Baptis. Siapakah yang tidak akan setuju dengan bait pertama ini?

Sangat besar anugerah-Nya!
Yang menyelamatkan orang celaka seperti aku!
Dulu aku sesat, namun sekarang ditemukan
Dulu buta namun sekarang melihat.
(“Amazing Grace,” by John Newton, 1725-1807).

Namun, bait pertama itu memberikan jantung dari Calvinisme, bahwa manusia tersesat, dalam kondisi rusak total, bahwa ia harus “ditemukan” oleh Allah, dan bahwa kondisi “kebutaan” rohaninya hanya dapat dicelikkan oleh anugerah. Anugerah itu “sangatlah besar” karena itu tidak semestinya diberikan, dan sebenarnya kita tidak layak untuk menerimanya.

  1. Jadi, dalam perdebatan Calvinisme vs Arminianisme, mana yang benar? Adalah menarik untuk dicatat bahwa dalam keanekaragaman tubuh Kristus ada berbagai perpaduan antara Calvinisme dan Arminianisme. Ada orang-orang Calvinist lima poin dan Arminian lima poin, dan pada saat yang sama ada orang-orang tiga poin Calvinis dan dua poin Arminian. Banyak orang percaya yang percaya pada semacam perpaduan antara kedua pandangan tsb. Pada akhirnya kami berpandangan bahwa kedua sistim ini tidak mampu menjelaskan hal yang tidak pernah dapat dijelaskan. Umat manusia tidak pernah dapat secara penuh memahami konsep semacam ini. Benar, Allah berdaulat mutlak dan tahu segalanya. Benar, umat manusia dipanggil untuk mengambil keputusan untuk secara tulus percaya pada Kristus untuk mendapat keselamatan. Walau kedua hal ini terkesan bertolak belakang bagi kita, dalam pikiran Tuhan, keduanya masuk akal.

DAFTAR PUSTAKA

Baan G. J.

2009 Tulip (Surabaya: Momentum )

Charles C. Ryrie,

1972 Depravity, Total,” ( Grand Raphids: Guardians)

Paul Enns,

2006 The Moody handbook of Theology, ( Malang: Literatur SAAT )

Jonge, Christian,

2000 Apa itu Calvinisme ?, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia )

Wendel Francois,

2010 Calvin (Surabaya: Momentum )


[1] Paul Enns, The Moody handbook of Theology, ( Malang: Literatur SAAT, 2006), 103

[2] Ibid, 108.

[3] Jonge, Christian, Apa itu Calvinisme ?, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 47.

[4] Wendel Francois, Calvin (Surabaya: Momentum,2010), 81.

[5] Charles C. Ryrie, Depravity, Total,” ( Grand Raphids: Guardians, 1972), 9-13

[6] Baan G. J. Tulip (Surabaya: Momentum 2009), 7.

[7] Jonge Christian, 47.

[8] Baan G.J., 65.

[9] Enns Paul, 109

[10] Ibid, 117.

[11] Ibid 122

[12] Baan G. J. , hal 2.

7 komentar:

  1. Lihat kesalahan kalvinis di golgothaministrywrong.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Apakah dampak Pemikiran Calvinisme di Benua Eropa di abad moderen ini ?
    Harus di akui, bahwa pada setiap zaman Allah mengirim hamba-hamba-Nya untuk menjadi juru bicara bagi kebenaran dan untuk membangun umat pilihan dalam koridor kebenaran Injil/Alkitabiah yang jujur dan murni. Karena Allah yang begitu Maha Agung dan kuasa dengan Integritas yang sempurna dan dinamis, bergerak dalam sejarah jagat semesta termasuk sejarah manusia yang diciptakannya. Begitu juga, baik Calvini atau Armenian merupakan orang-orang yang dipakai Tuhan secara hebat pada zaman dan di tempatnya masing-masing. Namun demikian, betapa hebat pemikiran kedua orang tokoh tersebut pada zamannya, haruslah kita terus mengkaji dan mempersoalkan keabsahan dan kontekstualitas dari pendapat atau ide-ide teologis keduanya atas nama kebenaran Injil sejati dan dinamisitasnya dalam sejarah keselamatan manusia disepanjang segala abad dan tempat. Oleh karena itu, perlulah kita bertanya ; apakah ide dan pemikiran baik Calvinisme ataupun Armenianisme masih kontekstual dan tetap eksis dalam sejarah dunia hari ini khususnya di belahan benua Eropa?? Tidaklah perlu memperdebatkan keduanya, karena yang patut dibela bukanlah ide-ide mereka tetapi ide kebenaran Injil sejati yang dapat mengubah kehidupan manusia deng kodrad dosa menjadi manusia berkodrad Illahi seperti Kristus. Hal ini sering tidak disadari, baik oleh para pemikir Kristen lebih lagi kaum awam. Untuk itu perlulah mengkaji ulang; apakah dampak-dampak pemikiran calvinisme ataupun Armenian sungguh-sungguh mengubah kan hidup manusia Eropa menjadi manusia berkodrad Illahi seperti yang Allah inginkan ataukah sebaliknya, bahwa kita semua menyaksikan bagaimana masyarakat Eropa hari ini berperilaku fasik, tidak lagi peduli dengan iman dan keberagamaan, banyak gedung gereja yang kosong dan beralih fungsi, karena pemahaman mereka yang didasarkan pada sekali selamat tetap selamat dan manusia tak perlu berjuang lagi karena keselamatan merupakan anugerah yang tak dapat ditolak !!! Sejarah hidup Kekeristenan di benua Eropa hari ini, harus menjadi kajian ulang terhadap semua pemikiran Kristen pada abad-abad sebelumnya yang telah mendasari pemikiran dan perilaku masyarakat Eropa hari ini. Jika kita jujur dan berpihak pada kebenaran Injil sejati yang diilhami oleh kuasa Roh Kudus yang terus bergerak dinamis dalam sejarah manusia hingga hari ini, maka patutlah kita menemukan pemikiran-pemikiran baru yang digali dari kebenaran Injil dan juga pasti diilahami oleh Roh Kudus yang terus bergerak dalam sejarah hidup kita. Pemikiran-pemikiran Kristen sehebat apapun tidak dapat menggantikan kedudukan Injil dalam sejarah keselamatan manusia. Selamat merenungkan. GOD BLESS

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dear Ibu Tri Astuti, saya melihat sebagian tulisan ibu ini apa diambil dari kotbah Pdt J. hymers yang diterjemahkan Pdt Edy Purwanto?

      Hapus
  3. Dear Ibu Tri Astuti, koreksi saya, saya melihat sebagian tulisan ibu ini apa diambil dari kotbah Rev. R.L. Hymers,Jr.,Th.D, diterjemahkan Dr. Eddy Peter Purwanto di web Sarapan Pagi Biblika?

    BalasHapus
  4. Shaloom Sdri Tri, jika Allah memilih mns berdasaran bahwa org yang dipilih nanti pasti akan bertobat, maka anugerah keseamatan sudah tidak bisa dikatakan anugerah lagi. Krn hal itu bergantung pada respon mns, sehingga lebih tepat klo dikatakan itu adalah upah Allah kepada mns krn mns itu nantinya bertobat dan menerimaNya, sy minta tanggapan balik Sdri, Tq GBU

    BalasHapus
  5. Banyak di antara orang-orang Kristen, pernah bertemu dengan orang-orang yang mampu membela Calvinisme dengan begitu logis dan fasih namun secara jelas menunjukkan kesombongan dalam nada bicara mereka selagi membabat lawan-lawan mereka. Jika memang ada kesombongan di situ, orang-orang tersebut telah berkontradiksi, karena seorang Calvinis yang sombong adalah suatu kontradiksi.

    "Kesombongan" itu hanya ilusi dari seseorang yang sedang berdebat ddan dalam posisi yang inferior, sehingga dia menggambarkan lawannya yang lebih superior itu "sombong".

    Jadi kasarnya : kalau kalah debat ya terima aja kalah artinya anda masih kurang pintar dibanding dengan lawan debat anda.

    BalasHapus